Saturday, May 24, 2014

Are You Mozillian?



                                      POTONG TUMPENG - Prosesi pemotongan tumpeng yang dilakukan Viking Korwur (kedua dari kiri) menandai peluncuran Firefox teranyar.

MOZILLA memilih cara unik dalam meluncurkan Firefox teranyar mereka. Alih-alih turun langsung mengirim representasinya, penjelajah web yang bermarkas di Santa Clara, Amerika Serikat ini menggunakan komunitas yang berada di Indonesia untuk mengenalkan produk terbaru mereka. Jadilah Mozilla Indonesia mendapat gawe untuk memperkenalkan Firefox teranyar Mozilla kepada khalayak.

Acara tersebut di gelar di Blitz Megaplex, Bekasi Cyber Park, Bekasi, 10 Mei lalu. Ini merupakan bagian dari pesta peluncuran di seluruh dunia. Panitia pun mengklaim acara ini sebagai peluncuran yang terbesar.

Meski berlangsung sederhana, acara ini sendiri berlangsung sukses, lancar. Pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Ketua Komunitas Mozilla Indonesia, Viking Karwur, menandai peluncuran Firefox teranyar Mozilla di Indonesia.

Sebelumnya, para undangan yang terdiri dari berbagai lapisan, mulai pelajar hingga blogger, juga disuguhi snack plus merchandise berupa stiker, bros dan lainnya. Sementara di sela-sela acara, undangan bisa menggunakan stand photo boot untuk bernarsis ria.

Langkah yang dilakukan Mozilla ini menjadi menarik, melibatkan komunitas mereka untuk ikut mengenalkan “produk” mereka. Itu artinya, sang produsen telah memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan penggunanya. Buktinya, para relawan dari Mozilla Indonesia  terlihat begitu ceria menjalankan tugasnya.

TERTUA - Atuk Dian Kelana (kedua dari kanan) memberikan sambutan sebagai undangan tertua :).
Namun, memang, acara ini  tak terlalu bersifat teknis. Tak terlalu banyak penjelasan-penjelasan yang diberikan panitia soal kelebihan Firefox teranyar itu. Jadinya, launching Firefox teranyar ini lebih kepda sosialiasi.

Kalaupun ada pengenalan produk yang dilakukan produsen hanya ditampilkan lewat video-video footage dengan durasi beragam.
 We want our products to put people on control of their lives. We want our products to respect people, to care of their security and privacy.”
Begitu salah satu penjelasan dari pihak Mozilla dalam salah satu video footage yang membahas produk baru Mozilla yang kita bicarakan ini.

Tak cuma soal teknik, dalam beberapa video footage juga digambarkan betapa Mozilla berusaha begitu kuat terus mendekatkan diri dengan penggunanya.

Beberapa acara yang melibatkan komunitas Mozilla di seluruh dunia digambarkan dengan video-video yang segar. “Are You Mozillian?” begitu salah satu judul video footage.
Ada juga video footage yang berisi kutipan-kutipan bocah-bocah yang menyebut Mozilla sebagai  “The Web We Want”. Hmm, menarik.

OM VIKING - Penulis (kanan) berfoto dengan Om Viking Karwur.
Dalam sambutannya, Viking menjelaskan betapa hidup komunitas yang diketuainya itu. Anggota Mozilla Indonesia sendiri datang dari berbagai kalangan, berbagai profesi. Mulai mahasiswa hingga dokter.

Saat ini, Firefox memang boleh dibilang sebagai salah satu browser paling populer. Hingga Februari 2014, Firefox digunakan oleh 12 hingga 22 persen pengguna internet di seluruh dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang pengguna internetnya paling banyak menggunakan Firefox, selain Iran, Jerman, dan Polandia. 

Acara di Blitz Megaplex ini secara umum berlangsung lumayan seru. Gia, MC yang didaulat sebagai pemandu acara menjalankan tugasnya dengan baik. Bahasanya lugas, gaul, tapi tetap kena sasaran. Begitu juga saat dia membawakan games, serta melibatkan relawan dari Mozilla Indonesia utuk mengundi door prize yang disediakan.

Nah, berhubung acaranya digelar di gedung bioskop, Tak afdollah jika tak disertai dengan acara nonton film. Maka itu, film “The Amazing Spider-Man 2”, yang dibintangi Andrew Garfield, Emma Stone, dan Jamie Foxx, jadilah sebagai menu penutup, sebelum para undangan pulang ke rumah masing-masing.
BINTANG TAMU - Safina dan Fadhil ikut meramaikan peluncuran Firefox teranyar. :)



Friday, May 2, 2014

Penyembuh Luka Madrid

CARLO ANCELOTTI (foto:3news)
CARLO Ancelotti adalah penyembuh luka Real Madrid. Sukses pelatih asal Italia ini membawa “Los Galacticos” ke final Liga Champions 2013/14, menimbulkan kehebohan yang luar biasa di kalangan Madridista.

Sebab, dengan begitu, mimpi Madrid mewujudkan “la decima” alias gelar ke-10 mereka di Liga Champions, selangkah lagi jadi kenyataan. Luar biasa, Madrid akan jadi satu-satunya tim yang mampu memenangkan ajang paling elite antarklub Eropa ini sampai 10 kali!

Tapi, tentu bukan itu saja yang membuat Carletto—panggilan Ancelotti—dipuja sedemikian rupa oleh Madridista. Sebab, di ajang domestik, torehan “Los Galacticos” juga stabil, standar klub-klub juara.

Memang, saat ini, Madrid masih tertahan di peringkat ketiga klasemen La Liga dengan selisih nilai enam poin dari Atletico Madrid yang ada di puncak klasemen dan empat poin dari rival abadi mereka, Barcelona, yang berada di posisi kedua. Namun, Madrid punya sisa laga satu lebih banyak. “Los Merengues” menyisakan empat laga lagi. Sedangkan Atletico dan Barcelona masing-masing tiga.

Itu belum termasuk gelar Piala Raja yang telah mereka menangkan usai mengalahkan Barcelona di final. Artinya, musim ini, Madrid berpeluang mencetak treble winners: memenangkan Piala Raja, La Liga, dan Liga Champions, untuk pertama kalinya sejak klub ini didirikan tahun 1902. Dan, itu semua karena Ancelotti, orang Italia yang belum semusim menangani “Los Merengues”.

Bagi Ancelotti sendiri, itu final Liga Champions keempatnya sebagai pelatih. Sebelumnya, pria yang sempat memenangkan Liga Champions sebagai pemain bersama AC Milan pada 1988/89 dan 1989/90 ini pernah tiga kali membawa Milan ke final. Mereka juara di musim 2002/03 dan 2006/07, serta kalah dari Liverpool pada 2004/05. Dengan catatan ini, Ancelotti pun menyamai rekor pelatih-pelatih legendaris macam Alex Ferguson, Marcello Lippi, dan Miguel Munoz.

Dan, jika Ancelotti, yang memperkerjakan putranya, Davide, sebagai pelatih fisik Madrid, berhasil membawa “Los Merengues” mengalahkan Atletico Madrid di final tanggal 24 mendatang, dia akan menyamai rekor Bob Paisley. Dia adalah pelatih yang sukses tiga kali memenangkan Liga Champions bersama Liverpool.

CARLO ANCELOTTI (foto: managingmadrid)
Awalnya Diragukan
Padahal, saat pertama kali menjejakkan kaki di Santiago Bernabeu, tak sedikit yang meragukan Ancelotti. Sebab, dia datang, begitu banyak masalah yang dialami Madrid—dalam dan luar lapangan—usai hancur lebur ditinggal Jose Mourinho. Madrid pun tak memenangkan satu gelar pun.

Mulai masalah kiper, di mana Mourinho “mengubah” peran Iker Casillas dari kapten sekaligus calon legenda Madrid menjadi cadangan abadi, hingga suasana kamar ganti yang panas.
Ada juga tuntutan dari klub dan suporter agar Ancelotti, 54 tahun, kembali menjadikan Madrid sebagai tim yang atraktif di lapangan. Maklum, di era Mourinho, “Los Merengues” telah berubah bentuk menjadi tim yang defensively-minded, lebih suka mengandalkan serangan balik.

Secara tertulis, manajemen Madrid menjelaskan tugas-tugas yang harus dijalankan Ancelotti. Di antaranya mengharmoniskan kembali kamar ganti, menenangkan suporter dan media, serta membangun kembali Madrid menjadi kandidat serius juara La Liga dan Liga Champions.

Kini, semuanya itu seolah telah 90 persen dituntaskan Ancelotti. Casillas yang sempat depresi, kini kembali dielu-elukan suporter. Meski hanya tampi di Piala Raja dan Liga Champions, kiper berusia 32 tahun itu mampu membuktikan kehebatannya belum sirna.

Suasana kamar ganti kembali harmonis, suporter terus tersenyum, dan media terus memberikan hal-hal positif terhadap “Los Merengues”, seiring dengan prestasi Madrid yang relatif stabil.

Padahal, bukan hal gampang menangani Madrid yang berisikan pemain-pemain bintang. Tapi, dengan pengalamannya melatih klub-klub top seperti Juventus, Milan, Chelsea, serta Paris Saint Germain, Ancelotti akhirnya mampu membuat ruang ganti Madrid kembali ceria.  Termasuk meredakan gejolak saat Madrid mendatangkan Gareth Bale dengan rekor transfer termahal, 91 juta euro atau sekitar Rp 1,4 triliun.

Pribadi yang Tulus
Membuat kamar ganti pemain harmonis memang jadi salah satu keahlian Ancelotti, selain menerapkan strategi dan formasi di lapangan. Paolo Maldini, legenda Milan, yang pernah dilatih Ancelotti menyebut, mantan pelatihnya itu memang sosok allenatore favorit semua pemain.

“Dia memiliki kepribadian yang hangat, jujur, dan sangat supel kepada semua pemain,” Maldini menuturkan. “Dan, yang paling penting, dia sangat tulus. Pendekatan seperti itu yang dibutuhkan setiap pemain.”

Carlo Ancelotti saat berlatih bersama Madrid (foto:india.com)
Ancelotti memang bukan tipe pelatih yang kaku. Sebaliknya, mantan suami dari Luisa ini selalu berusha menempatkan diri sebagai bagian dari tim. Bukan tim yang mengikutinya.

Seperti bunglon, Ancelotti pun bisa beradaptasi begitu cepat dengan lingkungan klub yang dilatihnya. Tambahan lagi, Ancelotti memiliki kemampuan diplomasi yang luar biasa. Dia selalu membela pemainnya, meski di dalam hatinya sangat kecewa.

Lihat saja komentarnya saat Milan kalah adu penalti dari Liverpool di final Liga Champions 2004/05. Padahal, mereka sempat unggul 3-0. "Pemain kami telah berjuang maksimal. Saya tak bisa marah," ujar Ancelotti, ketika itu. "Mungkin ini sudah takdir kami."


Kelebihan-kelebihan ini pula yang membuat Ancelotti juga dihormati oleh koleganya sesama pelatih. Termasuk mantan pelatih Barcelona, Johan Cruyff. "Kehadiran Ancelotti adalah udara segar bagi Madrid," ujar Cruyff, saat Madrid memperkenalkan Ancelotti sebagai pengganti Mourinho. Udara segar, penyembuh luka...itulah Ancelotti bagi Madrid.***

Sunday, April 27, 2014

“Born to Be Wild”


LUIS SUAREZ (foto: itv.com)

“BORN to Be Wild” (“Terlahir untuk jadi Liar”) hingga kini tercatat sebagai salah satu lagu rock paling legendaris. Dirilis tahun 1968, sebagai single ketiga album debut grup rock asal Amerika Serikat (AS), Steppenwolf, lagu ini sempat lama bertengger di posisi kedua tangga lagu Billboard Hot 100 tahun tersebut.

Lagu ini fenomenal karena disebut-sebut yang pertama kali menyebut kata “heavy metal” dalam liriknya. Istilah “heavy metal” ini kemudian digunakan sebagai jenis musik turunan dari hard rock, yang begitu digandrungi di era akhir 1960-an hinga 1970-an.

Mars Bonfire, sang pencipta lagu, yang merupakan kakak kandung Jerry Edmonton, drummer Steppenwolf,  menulis lagu ini sebagai protesnya terhadap kebijakan wajib militer di AS yang mengirim pemuda-pemudanya ke Perang Vietnam. Menurut Borfire, perang bukanlah tempat mereka. Semua pemuda ingin bebas: rock n roll dan motor!

Saking terkenalnya, telah begitu banyak penyanyi lain yang meng-cover alias menyanyikan ulang lagu “Born to Be Wild”. Jumlahnya lebih dari 20. Mulai penyanyi jazz-blues Etta James hingga rock star urakan, Ozzy Osbourne. Bahkan, lagu ini ikut pula mengantarkan penyanyi flamboyan Adam Lambert menjadi runner-up di ajang American Idol musim kedelapan, tahun 2009.

Di akhir tahun 1960-an, lagu “Born to be Wild” juga ikut andil mengangkat film Easy Rider, yang dibintangi aktor legendaris Hollywood, Peter Fonda. Film ini sendiri bertemakan geng motor di AS.

Kini, teri
akan parau John Kay, sang vokalis Steppenwolf, dipastikan akan kembali bergema lantaran sebuah produsen minuman ringan asal AS menggunakan lagu ini sebagai back sound iklan produk mereka. Yang menarik, mereka memilih penyerang Liverpool, Luis Suarez, sebagai bintang di iklan tersebut.

Suarez pun digambarkan sebagai seorang rock star. Mengenakan jaket kulit hitam, celana latex, berkaca mata hitam dan menenteng gitar.

Suarez digambarkan siap memimpin bandnya “The Suarez”—seperti tertulis di kaos yang dia kenakan—keluar dari ruang ganti back stage untuk menyambut kerumunan massa dalam sebuah konser. “Suarez…Suarez..Suarez…,” begitu puluhan ribu penggemar memanggil namanya.

Kontroversi Suarez
Tentu saja produsen minuman ringan itu ingin memanfaatkan nama Suarez yang memang tengah menjulang popularitasnya. Dia terus menjadi pembicaraan penggemar Liga Primer lantaran produktivitasnya yang luar biasa di muka gawang lawan.

Saat ini, Suarez tercatat sebagai pemimpin daftar pencetak gol terbanyak dengan 30 gol dari 25 pertandingan. Dia juga berpeluang besar mengantarkan Liverpool jadi juara Liga Inggris untuk pertama kalinya sejak musim 1989/90.

Menarik, karena seperti ada benang merah antara back sound jingle iklan ini dengan karakter Suarez, yang memang “wild”. Ya, “liar”. Pria asal Uruguay ini memang dikenal penuh kontroversi berkaitan dengan perilakunya di lapangan.

Bahkan, musim ini pun dia harus absen di enam laga awal Liverpool karena skors 10 pertandingan yang dikenan FA akhir musim lalu. Sanksi empat pertandingan lainnya,  harus dia jalani di laga-laga terakhir musim 2012/13. Hukuman itu dijatuhkan FA lantaran Suarez dengan sengaja menggigit telinga bek Chelsea, Branislav Ivanovic.

Ini kedua kalinya, Suarez terlibat dalam insiden gigit-menggigit di lapangan. Sebelumnya, dia juga sempat mendapat hukuman larangan tampil di tujuh pertandingan saat masih membela Ajax Amsterdam di Liga Belanda, atas tindakan yang sama. Ketika itu, Suarez menggigit telinga pemain PSV Eindhoven, Ottman Bakkal, November 2010.

Suarez juga tak sungkan bertidak vulgar. Pada Oktober 2011 dia dihukum larangan tampil tujuh pertandingan dan denda 40 ribu pound (sekitar Rp 780 juta) lantaran bertindak rasial terhadap bek Manchester United (MU), Patrice Evra. Dia juga pernah bertindak tak simpatik, mengacungkan jari tangannya kepada suporter Fulham dalam sebuah laga Liga Primer.

Tak hanya di level klub, di tataran tim nasional, Suarez juga sering berulah. Di kualikasi Piala Dunia 2014 lalu, dia pernah tertangkap kamera dengan sengaja memukul pemain Cile, Gonzalo Jara.
Sementara di Piala Dunia 2010, di perempat final lawan Ghana, Suarez diusir keluar lapangan. Sebabnya, dengan sengaja menahan bola dengan tangan untuk melindungi gawang Uruguay dari kebobolan.


Manusia Berbeda
Tapi, semua perilaku negatif itu seperti begitu saja terlupakan jika kita bicara kiprah gemilangnya musim ini. Suarez terlihat sebagai manusia yang berbeda. Sosok yang begitu berguna bagi klub dengan kinerja emasnya. Lihat saja, dengan 30 golnya itu, dia berhasil menyamai torehan legenda “The Reds”, Ian Rush di musim 1986/87.

Di Liga Primer, Suarez enam kali mencetak dua gol dalam satu laga, dua kali hattrick, plus sekali mencetak empat gol, saat Liverpool menghajar Norwich City 5-1, Desember 2013.

Kini, dia bahkan hanya butuh lima gol lagi untk memecah rekor Andy Cole dan Alan Shearer yang mencetak 34 gol dalam satu musim Liga Primer di 1993/94 dan 1994/95. Dengan tiga laga tersisa, bukan tak mungkin rekor itu dilampauinya.

Suarez juga bukan tipe pemain yang individualistis. Dia selalu bermain untuk tim. Setidaknya, 12 assist yang dia ciptakan membuktikan itu. Tak heran, kini tak sedikit orang yang menjagokan Suarez juga bakal terpilih jadi Pemain Terbaik Liga Primer.

Itulah Suarez, “wild tapi selalu mampu membuktikan kapasitasnya sebagai pemain jempolan. Seperti MU bersama Eric Cantona-nya atau Brasil dengan Romario-nya, Liverpool mendapat berkah luar biasa dengan keberadaan Suarez. Tak masalah, meski dia “terlahir untuk menjadi liar”.***

Tulisan ini dimuat di Harian TopSkor Edisi 26-27 April 2014